Amal yang dianggap baik adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas, tulus, dan berdasarkan petunjuk Allah SWT serta Rasul-Nya. Kualitas amal juga dinilai dari dampak positif yang dihasilkan bagi diri sendiri dan masyarakat sekitar.
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Ketiga, mengingkari kemungkaran tidak sampai menimbulkan kemungkaran yang lebih besar. Jika melakukan seperti ini, maka melarang kemungkaran dalam kondisi ini menjadi haram.
Beliau menekankan hal yang sama bahwa sedekah subuh memiliki keutamaan yang luar biasa sebab setiap waktu subuh tugas yang diberikan Allah pada malaikat yang turun saat itu hanyalah untuk mendoakan orang yang berinfak di waktu subuh.
Cara terakhir yang bisa Anda lakukan untuk membiasakan diri bersedekah adalah dengan membawa uang berapapun ketika ke masjid.
Misalnya saja kita mempunyai makanan sementara ada orang yang kelaparan, maka hukumnya wajib bagi kita untuk bersedekah. Selain itu hukum sedekah juga menjadi wajib ketika seseorang bernadzar untuk bersedekah.
Buatlah jadwal rutin untuk berbuat baik. Misalnya, Anda dapat mengalokasikan waktu setiap bulan untuk melakukan kegiatan sosial atau menyumbangkan sebagian pendapatan Anda untuk amal.
Salah satu cara kita mendapatkan banyak pahala dari harta adalah dengan bersedekah. Bersedekah adalah salah satu cara agar harta yang kita miliki bermanfaat tiada henti. Bahkan, jika harta kita digunakan sebagai sedekah jariyah maka pahala Anda tidak akan putus meskipun sudah meninggal dunia.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya.
Amal jariyah memiliki nilai yang sangat tinggi dalam Islam, karena pahalanya akan terus mengalir bahkan setelah pelakunya tiada.
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِمْ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab keraguan dari para sedekah di 10 malam terakhir Ramadhan shahabat ini dengan menggunakan qiyas bil’aqsi (analogi yang berkebalikan).
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi alasan mengapa bersedekah menjadi penting dan bagaimana kita bisa memperkaya hidup kita dengan praktek ini.